Atap Rumah Tropis

On 2021-07-17, in Info, by editor

Indonesia adalah negara tropis, negara yang hanya memiliki 2 musim saja, musim hujan dan musim kemarau. Keadaan musim ini di jadikan patokan dalam desain arsitek agar bisa tahan di 2 musim tersebut. Salah satu aspek penting yang berhubungan dengan musim/cuaca adalah atap. Bagaimanapun atap sebuah bangunan memiliki fungsi yang sangat vital karena melindungi para penghuni didalamnya. Para perencana bangunan zaman Belanda terutama untuk bangunan permanen di daerah tropis,mendesain atap dengan sudut kemiringan yang curam, biasanya lebih dari 30 derajat, sekitar 35-45 derajat. Kemiringan atap ini didesain sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik wilayah, sudut kemiringan yang curam di struktur atap supaya dedaunan yang jatuh karena hujan atau karena sudah tua bisa turun ke bawah tanpa harus dibersihkan sehingga kekhawatiran talang tersumbat akan kecil karena jatuhnya dedaunan karena gaya gravitasi.

Elemen bangunan tropis yang dominan adalah atap pelana, atap perisai dan pergola yang menaungi ruang dalam dan menghindari dari teriknya sinar matahari. Permasalahan utama iklim tropis ini adalah curah hujan yang besar sehingga beban air hujan yang jatuh di atap harus segera di alirkan. Atap pelana, perisai ataupun atap miring karena kemiringannya sehingga dapat mengalirkan air hujan dengan lebih mudah selain itu overstek pada atapnya dapat melindungi bangunan (terutama kusen) dari tampias air hujan itu. selain itu overstek-nya dapat pula menjadi pereduksi sinar matahari.

Atap miring tidak selamanya bentuknya kaku

Bandingkan dengan perumahan-perumahan yang ada di dearah 4 musim, sebagian cukup menggunakan dak beton atau atap dengan sudut yang landai walaupun sebagian pula memakai penutup atap yang sama-sama memiliki kemiringan yang curam supaya dimungkinkan benda-benda yang jatuh di atap bisa turun dengan sendirinya.

Di kota Bandung, desain atap tropis ini terlihat dari perumahan-perumahan peninggalan jaman Belanda, sebagian masih ada, sebagian lagi sudah direnovasi bahkan sudah dibongkar. Di perumahan tersebut terlihat sudut kemiringan yang curam dan namun memberikan fungsi yang baik bagi bangunan secara keseluruhan. Rumah-rumah seperti ini bisa dilihat di sepanjang jalan cipaganti, terutama untuk bangunan rumah yang belum mengalami renovasi.

Beberapa developer yang menggunakan konsep Bandung tempo dulu menggunakan referensi atap tropis ini sebagai acuan dalam desain, tanpa mengesampingkan unsur lainnya seperti kemiringan wilayah, banyak atau tidaknya pohon diseputar wilayah yang akan dibangun. Yang paling utama dan perlu di perhatikan pula adalah masalah lingkungan, konservasi alam yang sedang di kampanyekan menjadi alasan untuk melakukan perencanaan dan perancangan bangunan yang ramah lingkungan, baik secara desain maupun bahan bangunan. Lingkupnya memang lebih luas karena dampak yang terjadi akibat pembangunan di satu wilayah bisa menjadi masalah bagi wilayah lain jika tidak diperhatikan dampaknya.

Clearance PromotionBuy NowSpecial DiscountPromo Decra
Order Now Informasi tehnik Join Us