Mengenal Jenis dan Bentuk Atap Rumah

On 2025-09-19, in Info, by editor

Saat akan membangun sebuah atap rumah, memilih material dan bentuk / model atap merupakan suatu bagian penting agar rumah yang dihasilkan terlihat cantik, utamanya melindungi seluruh bagian dalam rumah beserta penghuninya dari air hujan dan terpaan sinar matahari. Perkembangan sebuah atap atau ubin tidak terlepas dari insting nenek moyang manusia zaman dulu. Awalnya, dalam membangun sebuah hunian, mereka menggunakan dedaunan sebagai bahan utama atap. Daun yang dipakai, mulai dari daun jerami, gandu, pisang, dan lain-lain.

Nah, kali ini kita akan membahas jenis-jenis atap rumah, mulai dari material pembentuknya hingga bentuk atap rumah yang lumrah di gunakan saat ini. Bahan atap rumah atau bangunan yang umumnya dipergunakan dari dulu hingga modern kini.

1. Genteng

Genteng merupakan atap yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk sedemikian rupa (biasanya persegi panjang, dengan lengkungan di salah satu sisinya), kemudian dibakar dengan suhu tertentu, sampai kondisinya mengeras. Atap satu ini, memiliki ketahanan luar biasa, melindungi dari hujan, dan menyerap panas sinar matahari. Namun satu kekurangannya, yakni bobotnya yang cukup berat. Atap ini sangat cocok digunakan di daerah iklim tropis, karena jika diterapkan pada rumah-rumah beriklim dingin, ditakutkan ambruk saat turun salju.

2. Slate

Atap satu ini terbuat dari potongan batu tipis yang memiliki kekuatan lebih kuat dari genteng, karena tidak mengalami pemanasan sebelumnya. Slate biasanya digunakan oleh bangunan yang menginginkan perlindungan lebih, seperti benteng.

3. Beton

Beton atau concrete merupakan atap yang berkembang saat kerajaan Romawi berkuasa. Dulu atap ini terbuat dari campuran material vulkanik seperti pozzolan, kapur, dan batu apung membentuk sebuah beton. Kekuatan material ini tidak diragukan lagi, buktinya dome-dome atau kubah-kubah raksasa yang menempel di atas kastil dan gereja adalah buktinya.

4. Sirap

Sirap adalah sebutan atap yang terbuat dari bahan kayu. Kayu yang digunakan biasanya kayu ulin. Jenis kayu ini cocok sekali dijadikan sebagai atap pendopo (bangunan kontemporer nusantara) atau mesjid zaman dulu. Bahan kayu yang kokoh ini sering juga disebut sebagai kayu besi. Sekarang sirap biasa digunakan pada bangunan yang menonjolkan kesederhanaan namun berkesan mewah.

5. Aspal

Atap satu ini terbuat dari campuran aspal dan bahan kimia lainnya. Kelebihan aspal adalah lebih ringan di banding beton, genteng, dan slate. Lalu, material ini tahan terhadap angin kencang, anti-jamur, anti-pudar, dan kokoh. Kelemahan dari atap aspal adalah harganya yang mahal. Selain itu ia juga membutuhkan kerangka yang cukup kuat.

6. Metal

Atap yang terbuat dari metal merupakan salah satu penerapan teknologi untuk menciptakan atap yang ringan, anti-jamur, anti-pecah namun memiliki kekuatan hampir sama dengan slate dan genteng. Logam yang digunakan biasanya terbuat dari baja lapis ringan anti-karat. Kelemahan dari atap ini yakni harganya yang mahal dan pemasangannya memerlukan ketelitian agar setiap sambungan tidak ada celah dan tetap terlihat cantik.

7. Seng

Seng banyak dipilih sebagai atap oleh bangunan warung di pinggir jalan. Mempunyai ukuran yang panjang, atap seng memiliki keunggulan pada minimnya rangka yang diperlukan. Bobotnya cukup ringan yang mengakibatkan pemasangan harus dipaku pada rangka. Harga jenis ini paling murah dibandingkan atap lainnya.

8. Asbes

Asbes bentuknya persis seperti seng, akan tetapi tidak menyerap panas, yang merupakan salah satu keunggulannya. Selain itu, harganya murah, mudah pemasangan, tahan lama, dan ringan. Kelemahan atap asbes adalah resiko kesehatan jika asbes telah berumur. Serat asbes yang terbuat dari karbon mudah terlepas dan dapat mengganggu kesehatan pernapasan.

9. Material Sintetik

Beberapa meterial sintetik seperti metal, karet, palstik dan polymer merupakan bahan yang sudah ada dan sedang dikembangkan demi menjawab keinginan konsumen memperoleh material atap yang kokoh namun ringan dan aman bagi kesehatan.

10. Jerami

Material ini termasuk paling awal digunakan oleh manusia untuk membuat sebuah atap rumah atau bangunan. Biasanya material ini masih digunakan oleh masyarakat pedalaman, seperti suku Dani di Papua dan suku Dayak di Kalimantan.

11. Rumbia

Rumbia merupakan sejenis material yang biasa digunakan sebagai atap, berasal dari daun pohon rumbia. Pada dasarnya atap rumbia terdiri dari jalinan daun yang dianyam, lalu dijahit pada rangka rotan. Material ini banyak digunakan sebagai bahan atap pada bangunan restoran di kota-kota besar yang menganut konsep back to nature.

Bentuk/model atap rumah atau bangunan:

1. Mansard

Mansard biasanya digunakan oleh rumah-rumah di Eropa, khususnya Perancis. Jenis atap rumah ini merupakan model empat sisi, dimana terdapat dua lereng pada masing-masing sisinya. Semakin rendah maka kemiringannya lebih curam. Ciri khas mansard yakni terdapat pada jendela yang seakan-akan bersatu dengan atap. Banyak orang Eropa yang menggunakan jenis ini karena bisa dijadikan ruang tambahan.

2. Gambrel

Jenis atap rumah yang hampir mirip dengan mansard. Di indonesia, model ini sering dijumpai pada rumah-rumah peninggalan Belanda. Gambrel adalah atap yang mempunyai dua sisi simetris dengan 2 lereng di setiap sisinya. Lereng atas biasanya mempunyai sudut yang dangkal sementara lereng yang rendah kemiringannya lebih curam.

3. Saltbox

Model atap rumah ini berkembang di Inggris dan diperkenalkan ke seluruh dunia saat negara tersebut melakukan ekspansi. Desain yang rapi, biasanya berbentuk asimetris, artinya atap yang satu pendek sedangkan sisi lainnya panjang. Jika kita pernah menonton film barat tempo dulu pasti kita bisa melihat model atap satu ini.

4. Limas/Piramida

Limas merupakan salah satu model atap rumah yang banyak diterapkan di Indonesia. Atap satu ini sebenarnya cocok untuk bagian rumah yang tidak terlalu besar karena perhitungan yang sedikit rumit untuk membuat sebuah piramida. Kita perlu memperhitungkan panjang, lebar dan tinggi agar setiap sisi atap terlihat presisi. Banyak arsitektur yang menyarankan penggunaan jenis atap ini pada bagian rumah yang memiliki porsi luas tanah yang kecil.

5. Hip

Hip adalah atap rumah yang memodifikasi atap jenis limas agar bisa diterapkan pada rumah yang besar. Bentuk ini menggunakan konsep trapesium. Mungkin ini merupakan jenis paling praktis diterapkan sehingga masyarakat Indonesia banyak yang menggunakan model ini.

6. Bonet

Model ini bisa dibilang merupakan kombinasi limas dan hip. Konsep atap rumah bertingkat dan bagian bawah lebih menjorok keluar untuk menutupi ruangan dibawahnya. Salah satu contoh penggunaan jenis ini adalah rumah joglo.

7. Datar

Bentuk atap paling mudah dibangun adalah datar atau flat. Model ini sering diaplikasikan pada rumah minimalis. Kelebihan jenis ini adalah mudah dibuat dan mudah diakses. Biasanya penggunaanya untuk menutupi bagasi atau halaman rumah.

Sayangnya atap jenis ini membutuhkan perawatan rutin apalagi jika ada banyak puing-puing yang menumpuk di atas.

8. Palang Runcing

Palang runcing atau dormer merupakan salah satu jenis atap rumah yang banyak di terapkan di Indonesia. Model ini biasanya hanya berbentuk segitiga jika dilihat dari samping. Atap ini hanya memiliki 2 sisi pokok yang sama/ presisi.

9. Melengkung

Di Indonesia model melengkung biasanya hanya digunakan untuk pelengkap dan menambah kesan unik pada suatu rumah. Penggunaan atap melengkung menurut banyak pihak merupakan sentuhan estetika yang menawan untuk sebuah rumah. Jenis atap rumah ini biasanya ditempatkan untuk menutupi halaman atau teras.

10. Skillion

Jenis atap yang paling banyak diaplikasikan untuk sebuah rumah minimalis. Pada dasarnya atap ini memiliki permukaan miring tunggal. Skillion merupakan pilihan arsitektur modern dengan membentuk atap rumah multi level dengan konsep dasar atap miring.

Clearance PromotionBuy NowSpecial DiscountPromo Decra
Order Now Informasi tehnik Join Us